Faqih Baihaqi, Meraih BU dengan Kecintaan dan Ketekunan

Faqih Baihaqi, Meraih BU dengan Kecintaan dan Ketekunan

Faqih Baihaqi, Meraih BU dengan Kecintaan dan Ketekunan
news

Faqih Baihaqi, Meraih BU dengan Kecintaan dan Ketekunan

Puslapdik- Beasiswa Unggulan (BU) dari Kemendikbudristek bukanlah beasiswa kaleng-kaleng. Beasiswa ini  hanya diberikan pada mahasiswa yang jelas punya prestasi. Salah satu contohnya adalah Faqih Baihaqi. Lelaki asli Depok, Jawa Barat, ini memperoleh BU jenjang S2 pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB di awal tahun 2020 dan lulus cumlaude di Bulan Juli 2021 dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat mengesankan, 3.96. Cumlaude. Prestasi itu mengalami peningkatan dari jenjang S1 sebelumnya di Prodi dan kampus yang sama dengan IPK 3.85 tahun 2019 sehingga meraih predikat lulusan terbaik tingkat Program Studi.

“Kecintaan saya pada ikan dan laut membuat saya semangat dan tekun kuliah, mungkin itu kunci keberhasilan saya dalam studi, “ Faqih saat berbincang-bincang dengan Tim Puslapdik beberapa waktu lalu di kampusnya.

Dikatakan lelaki kelahiran 1997 ini, kecintaannya pada ikan, pantai, dan laut sudah tumbuh sejak kecil walaupun  tinggal di Depok, Jawa Barat, yang jauh dari pantai.

“Kalau saat liburan, ayah bertanya, mau liburan ke gunung atau ke pantai, saya jawab, ke pantai. Saya memang sejak kecil suka pantai dan laut, “kata Faqih yang ayahnya berwiraswasta di bidang percetakan sablon kecil-kecilan sedang ibunya hanya ibu rumah tangga biasa.

Semasa kuliah S1, tak mau jadi mahasiswa “kupu-kupu” alias kuliah pulang- kuliah pulang, Faqih aktif di Himpunan Mahasiswa. Melalui himpunan mahasiswa itu, Faqih  terlibat dalam penanaman 1000 Mangrove di Kepulauan Seribu. Atas rekomendasi dosen pembimbingnya waktu itu, Charles PH Simanjuntak, saat menyusun skripsi, Faqih melakukan riset mengenai plankton di Kepulauan Seribu. Hasil risetnya yang menjadi tema skripsinya itu lantas dipresentasikan pada  sebuah seminar internasional dan dituliskan di sebuah Jurnal Internasional terindeks Scopus.

“Meraih  predikat lulusan terbaik dan berhasil menulis di jurnal internasional, itu mungkin yang jadi faktor saya bisa memperoleh BU, “kata anak tunggal ini.

Memutuskan jadi dosen dan peneliti

Lulus terbaik di jenjang S1, Faqih memantapkan diri untuk menekuni bidang perikanan dan kelautan dan memutuskan untuk berkarir sebagai dosen dan sekaligus peneliti. Karena tuntutan harus meraih S2, Faqih lantas mendaftarkan diri di jenjang pascasarjana. Namun sebelumnya, Faqih sempat menjajal potensi dirinya di bidang properti sebelum akhirnya daftar S2 dan memperoleh BU.

“Kerja di properti itu hanya untuk mengumpulkan modal awal kuliah S2 sebab kan waktu itu belum daftar BU, “lanjut Faqih.

Tahun 2020, saat kuliah jenjang S2, Faqih Kembali terlibat dalam seminar internasional bertajuk International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS) yang diselenggarakan masyarakat Iktiologi Indonesia dengan hostnya Universitas Udayana, Bali. Hasil seminar itu, yakni berupa paper ilmiah sebanyak 85 paper lantas dipublikasikan  tahun 2021 dalam prosiding internasional terindeks Scopus Q3.

Tahun 2022 ini, Faqih lagi-lagi diajak mentornya, Charles, untuk terlibat dalam sebuah seminar internasional  yang diselenggarakan Embrio atau Enhancing Marine Biodiversity Research in Indonesia IPB  dimana Charles jadi direkturnya.

“Target seminar yang dilaksanakan para dosen dan mahasiswa IPB ini adalah memproduksi lebih dari 100 paper ilmiah dalam upaya meningkatkan produksi ilmiah IPB, “ungkapnya.

Baca juga : Harnanto, Penerima BU Yang Lulus S2 Dalam 3 Semester dan IPK 4.0

Meneliti Impun atau Amfidromus

Saat menyusun tesis, Faqih memilih topik mengenai ikan sejenis impun yang masuk kelompok ikan amfidromus. Ikan yang mirip ikan ikan teri ini sejatinya merupakan ikan air tawar yang biasa hidup di muara-muara sungai atau estuari, telur impun ini lantas menempel di batu-batu sungai yang setelah menetas, larvanya terbawa arus ke laut. Menariknya, setiap tanggal 25 bulan hijriyah, impun-impun ini secara berkelompok kembali ke habitat awalnya di estuari. Nah, saat kembali ke estuari itulah  masyarakat yang berada di pesisir pantai dekat estuari menangkapnya secara massal.

“Di Teluk Sukabumi, tempat saya melakukan riset, ada lima esutari. Setiap tanggal 25 bulan hijriah, puluhan masyarakat terjun di kasuari melakukan penangkapan ikan impun ini. Dulu, sekali musim penangkapan, setiap orang mampu menangkap sebanyak satu karung impun, yang bisa dikonsumsi sendiri atau dijual, “jelas Faqih.

Baca juga : Mahasiswa Penerima Beasiswa Unggulan Harus Siap Hadapi Perubahan

Persoalannya, lanjut Faqih, karena masyarakat tahunya hanya menangkap tapi mengabaikan keberlangsungan kerberadaan ikan impun ini, dikhawatirkan ikan jenis ini pupulasinya akan semakin berkurang. Hal ini terbukti, dalam beberapa tahun terakhir ini, masyarakat yang sebelumnya sanggup menangkap satu karung, kini hanya bisa mengumpulkan satu ember saja setiap orangnya.

‘Kasusnya mirip ikan sidat yang karena terus ditangkap dan bahkan diekspor ke Jepang, China dan negara lainnya, populasinya kian berkurang dan baru tahun 2019 lalu dilakukan riset untuk kemudian dilakukan pengelolaan agar populasinya tidak berkurang, “papar Faqih.

Menurutnya, riset ini penting agar bisa diketahui diversitas dan kelimpahan ikan impun ini sehingga populasi ikan diharapkan terjamin. Selain bisa berdampak pada ekonomi rakyat,juga menjaga keberlangsungan ekosistem kelautan.

Diakui Faqih, riset yang dilakukannya itu baru riset awal, yakni melakukan pendataan terkait diversitas ikan impun tersebut. Hasilnya, dari lima estuari di Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu, yakni estuari Cisolok, Cimaja, Citepus, Cimandiri, dan cikaso, berhasil teridentifikasi lebih dari 20 spesies ikan jenis impun ini.

“Ini baru riset awal, sebelum nantinya riset lanjutan terkait pakan, pemijahan yang akhirnya pengelolaan ikan impun ini, “ujar Faqih.

Pada 22 Juni 2022 lalu, hasil risetnya yang bertajuk “Diversitas dan kelimpahan anak ikan sebagai dasar pengelolaan perikanan amfidromus di lima estuari Sukabumi” itu dipresentasikan di sidang tesis yang mengantarkan Faqih meraih gelar S2.

Soal masa depannya sendiri, tambah Faqih, berniat melanjutkan studi jenjang doktoral di Jepang. Selain karena rekomendasi dosen pembimbingnya, Charles, yang juga lulusan doktoral Jepang, juga karena untik wilayah Asia, Jepang merupakan negara termaju dalam teknologi kelautan.

“Insya Allah Bulan April tahun 2023 mendatang ada pembukaan program studi di Jepang, Pak Charles akan merekomendasikannya, dan saat ini saya sedang mempersiapkan sertifikat ELS “katanya.

Charles PH Simanjuntak mengakui, Faqih termasuk salah satu dari mahasiswa yang berada dibawah bimbingannya yang punya prestasi di atas rata-rata walaupun bukan yang terbaik. Keterlibatan Faqih dalam riset yang digawangi Charles merupakan bagian dari proyek hibah untuk dosen muda IPB dimana ia lantas melibatkan mahasiswa-mahasiswanya, baik di jenjang S1 maupun S2. Faqih lantas menjadikan risetnya itu sebagai topik tesisnya.